Senin, 25 Mei 2015

ulumul qur'an



AYAT-AYAT TENTANG ILMU PENGETAHUAN
I.          PENDAHULUAN
Ilmu pengetahuan mempunyai kedudukan tertinggi dalam pandangan islam. Ilmu pengetahuan dikembangkan dalam rangka melaksanakan tugas dan amanah Tuhan dalam mengendalikan alam dan isinya, sehingga dapat bertambahnya ilmu pengetahuan seseorang, bertambah pulalah petunjuk Tuhan. Dalam arti, semakin tinggi ilmu seseorang semakin mengetahui kedudukannya sebagai insan yang dha’if dihadapan Allah S.W.T.
Oleh karena itu, ilmu pengetahuan dapat memberi nilai pragmatis apabila ilmu pengetahuan tersebut dapat mempertebal iman dan ketaqwaan seseorang dan menumbuhkan daya kreatifitas dan produktivitas dalam kehidupan sebagai hamba dan khalifah Allah di bumi.
Disini kami sebagai pemakalah ingin mencoba menguraikan ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan berikut penjelasannya yang terdapat di dalam al-Qur’an.

II.       RUMUSAN MASALAH
A.      Bagaimana penjelasan Q.S al-Mujadalah ayat 11?
B.       Bagaimana penjelasan Q.S al-Fathir ayat 27-28?
C.       Bagaimana penjelasan Q.S al-Nahl ayat 78-79?
D.      Bagaimana penjelasan Q.S al-Mulk ayat 1-5?
E.       Bagaimana penjelasan Q.S Ali Imron 190-191?

III.    PEMBAHASAN
A.      Penjelasan Q.S al-Mujadalah ayat 11
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#þqãZtB#uä #sŒÎ) Ÿ@ŠÏ% öNä3s9 (#qßs¡¡xÿs? Îû ħÎ=»yfyJø9$# (#qßs|¡øù$$sù Ëx|¡øÿtƒ ª!$# öNä3s9 ( #sŒÎ)ur Ÿ@ŠÏ% (#râà±S$# (#râà±S$$sù Æìsùötƒ ª!$# tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä öNä3ZÏB tûïÏ%©!$#ur (#qè?ré& zOù=Ïèø9$# ;M»y_uyŠ 4 ª!$#ur $yJÎ/ tbqè=yJ÷ès? ׎Î7yz ÇÊÊÈ


Artinya:
“Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: "Berlapang-lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”.(QS.Al-Mujadalah:11)

Ayat ini memberikan tuntunan bagaimana menjalin hubungan harmonis dalam satu majelis. Berdasarkan ayat ini para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam satu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majlis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu.
Kata majelis bentuk jamak nya ialah majaalis, pada mulanya berarti tempat duduk. Dalam konteks ayat ini adalah tempat nabi Muhammad S.A.W memberi tuntunan agama ketika itu. Tetapi yang dimaksud disini adalah tempat keberadaan secara mutlak, baik tempat duduk, tempat berdiri, atau bahkan tempat berbaring. Karena, tujuan perintah atau tuntunan ayat ini adalah memberi tempat yang wajar serta mengalah kepada orang-orang yang dihormati atau yang lemah.[1]
Ayat selanjutnya dijelaskan bahwa Allah mengangkat derajat orang-orang mukmin yang berilmu. Ilmu yang dimaksud bukan hanya ilmu agama tetapi ilmu apapun yang bermanfa’at.
Kemudian ayat terakhir menjelaskan bahwa Allah mengetahui setiap perbuatan yang baik dan buruk yang dilakukan hambanya, amal yang baik akan dibalas dengan kebaikan begitu pula dengan amal yang buruk, Allah akan membalasnya dengan keburukan.

B.       Penjelasan Q.S al-Fathir ayat 27-28
óOs9r& ts? ¨br& ©!$# tAtRr& z`ÏB Ïä!$yJ¡¡9$# [ä!$tB $oYô_t÷zr'sù ¾ÏmÎ/ ;NºtyJrO $¸ÿÎ=tFøƒC $pkçXºuqø9r& 4 z`ÏBur ÉA$t6Éfø9$# 7Šyã` ÖÙÎ/ ֍ôJãmur ì#Î=tFøƒC $pkçXºuqø9r& Ü=ŠÎ/#{xîur ׊qß ÇËÐÈ šÆÏBur Ĩ$¨Z9$# Å_U!#ur¤$!$#ur ÉO»yè÷RF{$#ur ì#Î=tFøƒèC ¼çmçRºuqø9r& šÏ9ºxx. 3 $yJ¯RÎ) Óy´øƒs ©!$# ô`ÏB ÍnÏŠ$t6Ïã (#às¯»yJn=ãèø9$# 3 žcÎ) ©!$# îƒÍtã îqàÿxî ÇËÑÈ
Artinya:
(27). “Tidakkah kamu melihat bahwasanya Allah menurunkan hujan dari langit lalu Kami hasilkan dengan hujan itu buah-buahan yang beraneka macam jenisnya. dan di antara gunung-gunung itu ada garis-garis putih dan merah yang beraneka macam warnanya dan ada (pula) yang hitam pekat. (28). dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Pengampun”. (QS.Al-Fathir: 27-28)

Ayat ini menjelaskan tentang bukti keagungan Allah S.W.T. Dia telah menciptakan hujan dan diturunkan ke bumi untuk memberikan kehidupan kepada manusia. Dengan diturunkannya hujan itu, tanaman bisa tumbuh dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam warna, rasa, bentuk dan aromanya sebagaimana yang kita saksikan. Dan perbedaan serta keragaman juga terjadi pada gunung-gunung yang terlihat putih, merah, dan hitam pekat. Di antara gunung-gunung itu terbentang pula jalan-jalan yang beraneka ragam pula warnanya[2].
Setelah memaparkan bahwa berbagai jenis buah-buahan dan perbedaan warna pegunungan itu berasal dari suatu unsur yang sama yakni buah-buahan berasal dari air dan gunung-gunung berasaldari magma, ayat ini pun menyitir perbedaan bentuk dan warna makhluk hidup[3]. Kita dapat mengambil contoh, coba kita bandingkan dengan orang disamping kita, apakah dia memilki tangan yang sama persis dengan kita? Yah, tentu jawabannya tidak, karena kita diciptakan dalam berbagai bentuk, dan dari perbedaan itu kita dapat mengambil hikmah betapa besar kekuasaan-nya.

C.     Penjelasan Q.S al-Nahl ayat 78-79
ª!$#ur Nä3y_t÷zr& .`ÏiB ÈbqäÜç/ öNä3ÏF»yg¨Bé& Ÿw šcqßJn=÷ès? $\«øx© Ÿ@yèy_ur ãNä3s9 yìôJ¡¡9$# t»|Áö/F{$#ur noyÏ«øùF{$#ur   öNä3ª=yès9 šcrãä3ô±s? ÇÐÑÈ óOs9r& (#÷rttƒ n<Î) ̍øŠ©Ü9$# ;Nºt¤|¡ãB Îû Èhqy_ Ïä!$yJ¡¡9$# $tB £`ßgä3Å¡ôJムžwÎ) ª!$# 3 ¨bÎ) Îû y7Ï9ºsŒ ;M»tƒUy 5Qöqs)Ïj9 šcqãYÏB÷sムÇÐÒÈ
Artinya:
(78)“Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur.(79)”Tidakkah mereka memperhatikan burung-burung yang dimudahkan terbang diangkasa bebas. tidak ada yang menahannya selain daripada Allah. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang beriman”.

Dalam ayat ini Allah menjelaskan apa yang membuktikan tentang perkara gaib yang ada dilangit dan dibumi hanya ada pada sisi-Nya. Dijelaskan pula apa yang membuktikan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Maka dijelaskan bahwa kebangkitan kiamat secepat kedipan mata atau lebih cepat daripada itu.
Selanjutnya Allah kembali menjelaskan dalil-dalil tauhid, dan bahwa Dialah yang berbuat dan berkuasa penuh. Di antara dalil-dalil itu disebutkan penciptaan manusia dalam berbagai perkembangannya, kemudian burung yang ditundukkan untuk terbang diantara langit dan bumi, serta bagaimana Dia menjadikannya bisa terbang diangkasa, tanpa ada yang menahannya selain Dia dengan kesempurnaan kekuasaan-Nya.
Hanya kepunyaan Allah-lah pengetahuan tentang apa yang hilang dari pandangan mata kalian yang ada pada bumi dan langit, di antara perkara-perkara yang tidak seorang pun melihatnya, kecuali jika Allah memperlihatkan kepadanya.
Dalam kecepatan datangnya, perkara kiamat tidak ubahnya seperti kedipan mata dari kelopak mata bagian atas ke bagian bawah, atau lebih dekat dan cepat daripada itu. Sebab ia terjadi hanya dengan perkataan kun fayakun, “jadilah!”Maka jadilah ia.
Senada dengan ayat ini ialah Allah berfirman :
!$tBur !$tRãøBr& žwÎ) ×oyÏmºur £xôJn=x. ÎŽ|Çt7ø9$$Î/ ÇÎÉÈ 
Artinya:
“Dan perintah Kami hanyalah satu Perkataan seperti kejapan mata.”( Al-Qamar: 50)
Kemudian Allah menyebutkan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada para hamba, dengan mengeluarkan mereka dari perut ibu mereka dalam keadaan tidak mengetahui apa-apa, kemudian memberikan rezeki kepada mereka berupa akal, pendengaran, penglihatan, dan hati. Akal digunakan untuk memahami dan membedakan antara yang baik dengan yang buruk, antara petunjuk dengan kesesatan. Menjadikan pendengaran yang dapat digunakan untuk mendengarkan dan memahami hal-hal yang dibicarakan. Menjadikan penglihatan agar dapat mengenal orang lain dan membedakan antara orang yang satu dengan lainnya. Demikian pula dengan seluruh aspek kehidupan.
Kita diwajibkan bersyukur kepada-Nya dengan menggunakan nikmat-nikmat Allah yang telah dikaruniakan kepada kita, dapat beribadah kepada-Nya, dan seluruh anggota tubuh kita dapat melaksanakan ketaatan kepada-Nya.[4]

D.      Penjelasan Q.S al-Mulk ayat 1-5
x8t»t6s? Ï%©!$# ÍnÏuÎ/ à7ù=ßJø9$# uqèdur 4n?tã Èe@ä. &äóÓx« 퍃Ïs% ÇÊÈ Ï%©!$# t,n=y{ |NöqyJø9$# no4quptø:$#ur öNä.uqè=ö7uÏ9 ö/ä3ƒr& ß`|¡ômr& WxuKtã 4 uqèdur âƒÍyèø9$# âqàÿtóø9$# ÇËÈ Ï%©!$# t,n=y{ yìö7y ;Nºuq»yJy $]%$t7ÏÛ ( $¨B 3ts? Îû È,ù=yz Ç`»uH÷q§9$# `ÏB ;Nâq»xÿs? ( ÆìÅ_ö$$sù uŽ|Çt7ø9$# ö@yd 3ts? `ÏB 9qäÜèù ÇÌÈ §NèO ÆìÅ_ö$# uŽ|Çt7ø9$# Èû÷üs?§x. ó=Î=s)Ztƒ y7øs9Î) çŽ|Çt7ø9$# $Y¥Å%s{ uqèdur ׎Å¡ym ÇÍÈ ôs)s9ur $¨Z­ƒy uä!$yJ¡¡9$# $u÷R9$# yxŠÎ6»|ÁyJÎ/ $yg»oYù=yèy_ur $YBqã_â ÈûüÏÜ»u¤±=Ïj9 ( $tRôtGôãr&ur öNçlm; z>#xtã ÎŽÏè¡¡9$# ÇÎÈ 
Artinya:
(1). “Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu”,(2) yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun,(3) yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang? (4) Kemudian pandanglah sekali lagi niscaya penglihatanmu akan kembali kepadamu dengan tidak menemukan sesuatu cacat dan penglihatanmu itupun dalam Keadaan payah. (5)”Sesungguhnya Kami telah menghiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang, dan Kami jadikan bintang-bintang itu alat-alat pelempar syaitan, dan Kami sediakan bagi mereka siksa neraka yang menyala-nyala”.

Pada ayat pertama, Allah mengagungkan diri-Nya dan memberitahukan bahwa kekuasaan itu hanya ada di tangan-Nya. Artinya, Dia-lah pengendali satu-satunya terhadap semua makhluk sesuai dengan kehendak-Nya. Tidak ada yang bisa melawan kehendak-Nya, hukum-Nya, dan Dia tidak akan dimintai pertangung jawaban atas apa yang Dia kerjakan karena keperkasaan, kebijaksanaan, dan keadilan-Nya.[5]
Ayat selanjutnya, Dia memberitahukan bahwa Dia yang menentukan kehidupan dan kematian untuk menguji hambanya, agar Dia melihat siapa diantara hamba-Nya yang paling baik amalnya, bukan yang paling banyak amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun bagi hamba-Nya yang  bertaubat. Artinya, Dia tetap memberikan ampunan, kasih sayang, serta memberikan ma’af.
Kemudian, Dia memberitakan bahwa Dia-lah yang menciptakan tujuh langit yang sebagiannya diatas sebagian yang lain di udara kosong ( maksudnya ada ruang hampa udara antara langit-langit ) tanpa adanya cacat sedikitpun dari penciptaan-nya tersebut. Dan Kami menghiasi langit-langit tersebut dengan bintang-bintang yang dapat dijadikan sebagai petunjuk oleh orang yang dalam perjalanan, dan dapat dijadikan sebagai perhitungan tahun. Dan pada bintang-bintang itu juga bergantung binatang dan tumbuhan-tumbuhan. Di samping itu, bintang-bintang itu dijadikan sebagai alat pelempar syaitan.[6]

E.       Penjelasan Q.S Ali Imron 190-191
žcÎ) Îû È,ù=yz ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur É#»n=ÏF÷z$#ur È@øŠ©9$# Í$pk¨]9$#ur ;M»tƒUy Í<'rT[{ É=»t6ø9F{$# ÇÊÒÉÈ   tûïÏ%©!$# tbrãä.õtƒ ©!$# $VJ»uŠÏ% #YŠqãèè%ur 4n?tãur öNÎgÎ/qãZã_ tbr㍤6xÿtGtƒur Îû È,ù=yz ÏNºuq»uK¡¡9$# ÇÚöF{$#ur $uZ­/u $tB |Mø)n=yz #x»yd WxÏÜ»t/ y7oY»ysö6ß $oYÉ)sù z>#xtã Í$¨Z9$# ÇÊÒÊÈ 
Artinya:
”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal,(yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Sesungguhnya dalam tatanan langit dan bumi serta keindahannya, di dalam pergantian siang dan malam secara teratur sepanjang tahun yang dapat kita rasakan pengaruhnya pada tubuh kita dan cara berfikir kita karena pengaruh panas matahari, dinginnya malam, dan pengaruhnya pada binatang dan tumbuhan, dan sebagainya merupakan tanda dan bukti yang menunjukkan keesaan Allah swt, kesempurnaan pengetahuan dan hikmah-Nya, serta kekuasaan-Nya bagi semua orang yang berakal ( Ulul Albab).[7]
Kata (( الالباب  albaab adalah bentuk jamak dari لبّ ) ) lubb yaitu saripati sesuatu. Sedangkan Ulul Albab adalah orang-orang yang memiliki akal yang murni, tidak terselubungi oleh sesuatu yang melahirkan keracuan dalam berfikir.[8] Sedangkan menurut Mustafa Al Maraghi dalam kitabnya disebutkan bahwa Ulul Albab adalah orang-orang yang mau menggunakan pikirannya, mengambil faedah darinya, mengambil hidayah darinya, menggambarkan keagungan Allah dan mau mengingat Allah dalam setiap sikap dan perbuatannya.[9]
Pada ayat 191 disebutkan bahwa ciri-ciri dari Ulul albab adalah mereka yang terus menerus mengingat Allah swt dalam seluruh situasi dan kondisi, baik dalam waktu istirahat maupun bekerja, sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring atau bagaimanapun. Serta memikirkan keindahan penciptaan Allah, rahasia kejadiannya dan segala yang terkandung dalam alam ini, kemanfaatan, hikmah dan rahasia yang menunjukkan kodrat ( kekuasaan) serta keesaan Allah yang sempurna.[10]
Dari ayat ini kita bisa mengambil kesimpulan bahwa kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat kebesaran Allah swt serta memikirkan segala makhluk-Nya yang menunjuk kepada adanya Khalik (pencipta) yang Esa, diiringi iman kepada Rasul dan Kitab-Nya yang diturunkan kepada kita. Dzikir yang dimaksudkan disini adalah mengingat makhluk Allah bukan dzat Allah sebagai Pencipta, karena kemampuan ilmu manusia tidak bisa menjangkau hakikat dzat dan sifat Allah. Al-Asybani, dalam hal ini meriwayatkan sebuah hadis dari Abdullah bin Salam, bahwa Rasulullah saw pernah pergi keluar bersama para sahabat sedangkan mereka sedang bertafakur. Kemudian Rasulullah SAW bersabda:
 تفكروا في الخلق ولاتتفكروا فى الخالق
“Pikirkanlah oleh kalian tentang makhluk, dan jangan sekali-kali kalian memikirkan Allah SWT.”
Seorang Mukmin yang mau menggunakan akal pikirannya selalu mengharap kepada Allah dengan pujian, doa dan ibtihal, setelah melihat bukti-bukti keagungan Allah swt. Dalam ayat ini juga terkandung bagaimana mereka berbicara dengan Allah swt ketika mereka telah mendapat hidayah tentang sesuatu yang terkait dengan pengertian kebajikan dan kedermawanan-Nya di dalam menghadapi ragam makhluk-Nya. Serta berdoa agar dihindarkan dari apai neraka. Karena penyebab seseorang masuk neraka dikarenakan kezaliman dan kedurhakaanya kepada Allah swt.[11]
IV.    ANALISIS KETARBIYAHAN
Dari pemaparan yang dapat kami sampaikan, dapat dijelaskan makna ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan yang menyangkut tentang ketarbiyahan sebagai berikut:
1.      Pendidikan harus mampu mengarahkan manusia untuk mempergunakan akal dengan baik
2.      Kita harus mengingat Allah dalam segala keadaan dan situasi.
3.      Penemuan diberbagai bidang teknologi dan ilmu pengetahuan mengantarkan kita mensyukuri adanya nikmat Allah.
4.      Fenomen alam raya dapat dijadikan sebagai metode perenungan tentang ajaran Islam.
5.      Pemahaman terhadap fungsi akal dapat dijadikan untuk merumuskan tujuan pendidikan.
6.      Dalam sebuah proses pembelajaran terdapat aturan-aturan yang mendukung suatu pembelajaran.[12]

V.       PENUTUP
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa para ulama berpendapat bahwa orang-orang yang hadir dalam satu majelis hendaklah mematuhi ketentuan-ketentuan yang berlaku dalam majlis itu atau mematuhi perintah orang-orang yang mengatur majelis itu. Selanjutnya, Allah mengangkat derajat orang-orang yang beriman dan berilmu dengan cara menempatkan mereka pada posisi yang mulia.
Pada ayat-ayat berikutnya Allah menjelaskan keagungan dan kekuasaan Allah yang berupa hujan yang diturunkan ke bumi untuk memberikan kehidupan kepada manusia. Dengan diturunkannya hujan itu, tanaman bisa tumbuh dan mengeluarkan buah-buahan yang beraneka ragam warna, rasa, bentuk dan aromanya sebagaimana yang kita saksikan. Dan perbedaan serta keragaman juga terjadi pada gunung-gunung yang terlihat putih, merah, dan hitam pekat. Di antara gunung-gunung itu terbentang pula jalan-jalan yang beraneka ragam pula warnanya.
Kemudian Allah menjelaskan apa yang membuktikan tentang perkara gaib yang ada dilangit dan dibumi hanya ada pada sisi-Nya. Dijelaskan pula apa yang membuktikan kesempurnaan kekuasaan-Nya. Maka dijelaskan bahwa kebangkitan kiamat secepat kedipan mata atau lebih cepat daripada itu. Dia memberitahukan bahwa Dia yang menentukan kehidupan dan kematian untuk menguji hambanya, agar Dia melihat siapa diantara hamba-Nya yang paling baik amalnya, bukan yang paling banyak amalnya. Allah memberitakan bahwa Dia-lah yang menciptakan tujuh langit yang sebagiannya diatas sebagian yang lain di udara kosong ( maksudnya ada ruang hampa udara antara langit-langit ) tanpa adanya cacat sedikitpun dari penciptaan-nya tersebut. Dan menghiasi langit-langit tersebut dengan bintang-bintang. Dan pada bintang-bintang itu juga bergantung binatang dan tumbuhan-tumbuhan.
Manusia diwajibkan untuk  selalu mengingat Allah dan memikirkan segala ciptaannya karena kemenangan dan keberuntungan hanyalah dengan mengingat kebesaran Allah swt serta memikirkan segala makhluk-Nya yang menunjuk kepada adanya Khalik (pencipta) yang Esa, diiringi iman kepada Rasul dan Kitab-Nya yang diturunkan kepada kita.
Demikian makalah yang dapt kami paparkan dengan tema ayat-ayat tentang ilmu pengetahuan. Kami menyadari dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kekurangan. Maka dari itu kritik dan saran yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya pemakalah. Amin.














[1] Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah, volume 15, (Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm.490
[2] Ahmad Mushtofa Al-Maraghi, Terj.Tafsir Al-Maraghi Juz 22, PT. Karya Toha Putra, (Semarang: PT. Karya Toha Putra, 1992), hlm.219,
[3]M. Quraish Shihab, Tafsir al-Mishbah  volume 11, (Jakarta: Lentera Hati, 2006),  hlm.465
[4] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir al-maraghi  juz 6, ( Semarang: PT.Karya Toha Putra, 2000).hlm 208-211.
[5] Abdullah bin Muhammad, Tafsir Ibnu Katsir jilid 10, (Kairo: Daar al-Hilaal, 1994), hlm.67
[6] Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghi  jilid 29, (Semarang: Thoha Putra, 1993), hlm.8
[7] Ahmad Musthafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi  jilid 4, (Semarang: PT.Karya Toha putra,1993), hlm.288
[8] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah vol.2, ( Jakarta: Lentera Hati, 2002), hlm. 307
[9] Ahmad Mustafa Al-Maraghi, Tafsir Al-Maraghi, hlm. 290
[10] M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah, hlm.309
[11]  Teungku Muhammad Hasbi ash shidieqy, Tafsir Al-Qur’anul Majid An-Nuur, (Semarang: Pustaka Rizki Putra,2000).hlm 761-762
[12]  Abuddin Nata, Ayat-Ayat Pendidikan, ( Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada,2002).hlm131-140

Tidak ada komentar:

Posting Komentar